Search This Blog

Monday, 8 December 2014

FISIOLOGI CRUSTACEA

FISIOLOGI CRUSTACEA
(REPRODUKSI DAN PERGERAKANNYA)


Crustacea disebut juga hewan bercangkang. Telah dikenal kurang lebih 26.000 jenis Crustacea yang paling umum adalah udang dan kepiting. Habitat Crustacea sebagian besar di air tawar dan air laut, hanya sedikit yang hidup di darat. Tubuh Crustacea bersegmen (beruas) dan terdiri atas sefalotoraks (kepala dan dada menjadi satu) serta abdomen (perut). Bagian anterior (ujung depan) tubuh besar dan lebih lebar, sedangkan posterior (ujung belakang)nya sempit. Pada bagian kepala terdapat beberapa alat mulut, yaitu: 2 pasang antenna, 1 pasang mandibula, untuk menggigit mangsanya, 1 pasang maksilla, 1 pasang maksilliped. Maksilla dan maksiliped berfungsi untuk menyaring makanan dan menghantarkan makanan ke mulut. Alat gerak berupa kaki (satu pasang setiap ruas pada abdomen) dan berfungsi untuk berenang, merangkak atau menempel di dasar perairan.


Klasifikasi Crustacea
Berdasarkan ukuran tubuhnya Crustacea dikelompokkan sebagai berikut :
1)      Entomostraca (udang tingkat rendah). Hewan ini dikelompokkan menjadi empat ordo, yaitu: Branchiopoda , Ostracoda , Copecoda , Cirripedia


2)      Malakostraca (udang tingkat tinggi). Hewan ini dikelompokkan dalam tiga ordo, yaitu: Isopoda , Stomatopoda , Decapoda


Reproduksi
Sistem reproduksinya bersifat diesis (berkelamin satu). Pembuahan terjadi secara eksternal. Telur menetas menjadi larva yang sangat kecil, berkaki tiga pasang dan bersilia. Alat reproduksi pada umumnya terpisah, kecuali pada beberapa Crustacea rendah. Alat kelamin betina terdapat pada pasangan kaki ketiga. Sedangkan alat kelamin jantan terdapat pada pasangan kaki kelima. Pembuahan terjadi secara eksternal (di luar tubuh).

Dalam pertumbuhannya, udang mengalami ekdisis atau pergantian kulit. Udang dewasa melakukan ekdisis dua kali setahun, sedangkan udang yang masih muda mengalami ekdisis dua minggu sekali. Selain itu udang mampu melakukan autotomi (pemutusan sebagian anggota tubuhnya). Misalnya: udang akan memutuskan sebagian pangkal kakinya, bila kita menangkap udang pada bagian kakinya. Kemudian kaki tersebut akan tumbuh kembali melalui proses regenerasi.

Reproduksi Pada Branchiopoda

Reproduksi aseksual tidak ada. Umumnya berkembang biak secara parthenogenesis. Namun bagi spesies tertentu pada saat bersamaan terjadi baik reproduksi secara parthenogenesis maupun singamik terjadi kopulasi dan pembuahan di dalam. Telur yang telah dibuahi dan telur  parthenogenesis dierami oleh betina selama beberapa hari. Beberapa jenis phyllopoda menghasilkan dua macam telur, bercangkang tipis yang secara meretas dan telur dorman bercangkang tebal yang tahan panas, dingin maupun kekeringan. Kedua macam telur tersebut dapat terjadi baik ada jantan maupun tanpa jantan dalam populasi. Perkembangan embrio dalam telur mulai terjadi selama waktu pengeraman, kemudian dilepas ke air kelompok demi kelompok dengan selang waktu 2 sampai 6 hari. Telur menetas menjadi larva nauplius atau metanauplius tergantung spesiesnya.

Cladocera dioecious, dalam lingkungan yang baik sepanjang tahun berkembang biak secara partenogenesis, telur dierami dalam kantung pengeraman, anak yang dihasilkan selalu betina. Tidak ada stadia larva. Sekali bertelur antara 2 sampai 40 butir, tetapi umumnya antara 10 sampai 20 butir. Biasanya sekelompok telur masuk ke kantung pengeraman terjadi setiap usai pergantian kulit. Telur dierami sekitar 2 hari. Dengan mengerak-gerakkan post-abdomen ke belakang, induk betina  melepaskan anak-anaknya keluar sudah dalam stadia juvenil pertama. Pertumbuhan paling cepat terjadi pada stadium juvernil ini, dimana setiap kali setelah molting, ukuran tubuh menjadi hampir 2 kali lipat. Selama juvernil terdapat sekitar 2 sampai 5 instar, dan dewas 10 sampai 25 instar tergantung jenisnya. Umur cladocera sejak telur masuk ke kantung pengeraman, menetas, juvernil, dewasa sampai mati bervariasi tergantung spesies dan lingkungan. Panjang umur Daphnia longispina antara 28 sampai 33 hari. Menjelang dan setelah molting pada cladocera terjadi 4 peristiwa yang berurutan dan berlangsung dengan cepat, antara beberapa menit sampai beberapa jam, yaitu
 (1) melepaskan anak-anaknya dari kantung pengeraman,
(2) molting,
(3) pertumbuhan ukuran panjang, dan
(4) mengeluarkan kelompok telur baru dari ovari ke kantung pengeraman.

Bila lingkungan memburuk, maka dalam populasi terdapat jantan antara 5% sampai 50%. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya jantan antara lain
(1) populasi betina yang terlalu padat,
 (2) kekurangan makanan,
(3) perubahan suhu, terlalu rendah atau tinggi.

Diduga faktor tersebut meningkatkan metabolisme yang berpengaruh terhadap mekanisme kromosom sedemikian rupa sehingga menghasilkan telur partenogenesis jantan dan bukan telur betina seperti biasanya. Bentuk jantan hampir sama dengan yang betina, hanya berukuran lebih kecil, antenul lebih besar, post-abdomen mengalami modifikasi dan kaki pertama dilengkapi kait yang tebal untuk memegang betina. Lingkungan memburuk juga memicu timbulnya betina yang mampu menghasilkan telur seksual. Artinya telur haploid yang dapat dibuahi jantan, jumlahnya hanya satu atau dua butir. Telur tersebut juga berada dalam kantung pengeraman dan dibungkus kapsul tebal dan gelap yang disebut ephippium. Ephippia tahan terhadap kekeringan, panas dan beku, mudah diterbangkan angin. Bila lingkungan sesuai, maka ephippium akan menetas menjadi betina partenogenesis. Pada cladocera terutama betina dari spesies limnetik, cyclomorfosa merupakan peristiwa biasa, misalnya pada Daphnia pulex. Cyclomorfosa ialah perubahan bentuk tubuh dalam suatu populasi disebabkan oleh perubahan musim di daerah bermusim empat. D. carinata di Waduk Jatiluhur, Jawa Barat juga mengalami perubahan bentuk kepala pada waktu stadia juvenil, juvenil pertama mancung dan mulai membulat tiap kali molting.

Reproduksi Pada Decapoda

Decapoda dioecious, terjadi kopulasi, beberapa jenis membentuk spermatofora dan betina mempunyai seminal receptacle. Sepasang testis atau ovari terletak dalam thorax, dan memanjang sampai bagian anterior abdomen. Banyak decapoda memperlihatkan perbedaan jenis jantan dan betina, misalnya hewan jantan lebih kecil daripada yang betina, atau salah satu capit pada jantan besar sekali sedangkan pada betina capitnya kecil, atau jantan mempunyai warna lebih indah.

Pada beberapa jenis penaeid yang tidak mengerami telur dan udang. Sergestes, telur menetas menjadi larva nauplius, metanauplius atau protozoea. Namun pada kebanyakan decapoda laut, telur menetas menjadi protozoea atau zoea. Tergantung habitatnya, reproduksi dan daur hidup decapoda sangat beraneka ragam. Berikut ini disajikan reproduksi daur hidup beberapa jenis decapoda yang banyak dikenal. Jenis udang dari famili Penaeidae dalam daur hidupnya melakukan migrasi. Udang dewasa bertelur di laut. Telur dilepas ke air dan menjadi larva nauplius yang hidup sebagai plankton dan akan menuju tepi pantai. Dalam perjalanannya menuju tepi pantai, nauplius mengalami metamorfosa menjadi protozoea, zoea, mysis dan post larva.

Pada musim tertentu, udang stadia mysis atau post larva dalam jumlah sangat banyak bersama air pasang memasuki muara sungai, hutan bakau dan tambak ikan atau tambak udang melalui pintu tambak. Daerah tersebutmerupakan nursery ground bagi anak udang sampai stadia juvenil. Pada akhir stadia juvenile atau menjelang dewasa, udang akan kembali ke laut untuk bertelur. Udang galah, Macrobrachium rosenbergii dewasa mengerami telur pada pleopod. Sebelum telur menetas, udang betina akan pergi ke muara sungai, tepi pantai dan perairan payau. Telur menetas menjadi larva stadium mysis di air tawar atau air payau. Bila dalam waktu 4-5 hari mysis tidak mencapai air payau, akan mati. Muara sungai, tepi pantai dan perairan payau merupakan daerah pembesaran (nursey ground) bagi mysis yang planktonik sampai mencapai stadium juvenile yang bersifat benthik. Stadium juvenil akan melakukan migrasike hulu sungai, ke air tawar dan tinggal di perairan tawar sampai dewasa. Udang galah disebut juga giant river prawn. Jantan mencapai panjang 25 cm dan betina 15 cm. Banyak terdapat di daerah tropis dan subtropis di wilayah Indo Pasifik. Bentuk zoea kepiting mudah dikenal karena mempunyai duri rostrum yang sangat panjang dan adakalanya terdapat sepasang duri lateral pada tepi posterior karapas. Larva zoea sebanyak 4 instar kemudian menjadi larva megapola yang mempunyai karapas lebar dan 5 pasang apendik thorax tetapi tidak mempunyai duri panjang. Stadia zoea menjadi megapola berenang bebas sebagai plankton, kemudian megapola akan turun ke dasar perairan dan berganti kulit menjadi kepiting muda dengan bentuk karapas lebih besar dan abdomen melipat kebawah thorax, dan menjadi benthos sperti yang dewasa.


Pergerakan Crustacea
Kebanyakan anggotanya dapat bebas bergerak, walaupun beberapa takson bersifat parasit dan hidup dengan menumpang pada inangnya.
Ordo Anostraca dan Notostraca berenang dengan lemah gemulai dan anggun, lambat dan cepat, atau beristirahat di dasar perairan. Kaki yang banyak dan langsing merupakan alat renang. Anostraca mempunyai kebiasaan berenang terbalik. Notostraca seringkali kali merayap atau meliang pada permukaan subtract yang lembut. Pada Conchostraca, antenna kedua merupakan alat renang utama, sedang kakikaki kurang berperan. Conchostraca sering kali meliang atau merayap dengan kikuk di permukaan substrat.

Kelompok Entomostraca umumnya merupakan penyusun zooplankton,hidupnya melayang-layang di dalam air dan merupakan makanan ikan.Ostracoda (Contoh: Cypris candida, Codona suburdana)
Hidup di air tawar dan laut sebagai plankton, tubuh kecil dan dapat bergerak dengan antena. Pada umumnya copepoda yang hidup bebas berukuran kecil, panjangnya antara satu dan beberapa milimeter. Kedua antenanya yang paling besar berguna untuk menghambat laju tenggelamnya.
Abludomelita obtusata, suatu amphipoda

Pada udang mempunyai sifat alami yakni aktif pada malam hari. Pada siang hari udang menyembunyikan diri di tempat yang teduh atau dalam lumpur. Namun bilakeadaan siang hari tidak terlalu terik, udang akan aktif mencari makan. Gerakan mereka yang rupa-rupanya dengan alat tertentu bukannya tanpa sebab. Gerakan chemoreseptor pindah tempat pada udang berlangsung dengan dua cara yaitu berjalan dan berenang. Udang dapat berjalan ke segala arah biasanya ke depan  belakang, samping, serong atau mundur. Baik pada saat istirahat maupun bergerak. Keseimbangan tubuhnya tidak stabil dan harus dipertahankan dalam posisi normal dengan usahanya sendiri, yang dibantu oleh statocyt. Persinggungan statocytdirambut-rambut statocyt merupakan stimulus yang menyebabkan hewan bertahan pada posisi normal (Radiopoetra, 1977).
Udang memiliki organ vesus atau organ–organ penting seperti kaki renang dan yang terutama adalah antenna yang berupa juluran panjang pada bagian anterior sungut dan memiliki antenna yang berukuran pendek letaknya di depan rostrum. Berbeda dengan antenula yang hanya terdapat sepasang dan berukuran pendek. Pada dasarnya Crustacea  udang air tawar memiliki morfologi yang berupa cepalothorax dan abdomen akan tetapi setelah diidentifikasi ternyata udang memiliki bagian tubuh yang cepalothorax dan abdomennya memisah (Suwignyo, 2005).


Sumber Pustaka dan Gambar
http://kilasbiologi.blogspot.com/2010/01/crustacea-udang.html diakses pada tanggal 28 Agustus 2012 , pukul 10.00
http://id.wikipedia.org/wiki/Crustacea diakses pada tanggal 30 Agustus 2012, pukul 20.58
http://www.scribd.com/doc/25411183/CRUSTACEA-II diakses pada tanggal 30 Agsustus 2012, pukul 21.00
http://ardianismart.blogspot.com/2011/12/makalah-arthropoda.html diakses pada tanggal 30 Agustus 2012, pukul 21.05
http://biologigonz.blogspot.com/2010/03/arthropoda.html diakses pada tanggal 30 Agustus 2012 , pukul 21.20
Suwignyo, Sugiarti dkk. 2005. Avertebrata Air Jilid I. Jakarta. Penerbar Swadaya.

Radiopoetro. 1977.  Zoology. Erlangga, Jakarta.

1 comment: