Timbal atau dikenal sebagai logam
Pb dalam susunan unsur merupakan logam berat yang terdapat secara alami di
dalam kerak bumi dan tersebar ke alam dalam jumlah kecil melalui proses alami
termasuk letusan gunung berapi dan proses geokimia. Pb merupakan logam lunak
yang berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada
327,5 ºC dan titik didih 1.740 ºC pada tekanan atmosfer. Timbal mempunyai nomor
atom terbesar dari semua unsur yang stabil, yaitu 82. Namun logam ini sangat
beracun. Seperti halnya merkuri yang juga merupakan logam berat. Timbal adalah
logam yang yang dapat merusak sistem syaraf jika terakumulasi dalam jaringan
halus dan tulang untuk waktu yang lama. Timbal terdapat dalam beberapa isotop:
204Pb (1.4%), 206Pb (24.1%), 207Pb (22.1%), and 208Pb (52.4%). 206Pb, 207Pb and
208Pb kesemuanya adalah radiogenic dan merupakan produk akhir dari
pemutusan rantai kompleks. Logam ini sangat resistan (tahan) terhadap korosi,
oleh karena itu seringkali dicampur dengan cairan yang bersifat korosif
(seperti asam sulfat).
Timbal,
terdapat dalam air dengan bilangan oksidasi Pb2+, dan
dikeluarkan oleh sejumlah industri dan pertambangan. Timbal yang berasal
dari bahan bakar bertimbal merupakan sumber utama dari timbal di atmosfer dan
daratan yang kemudian dapat masuk di perairan alami. Timbal yang berasal dari
batuan kapur merupakan sumber timbal dari perairan alami (Rukaesih, 2004).
Timbal
dapat masuk dalam ke perairan melalui pengkristalan di udara yang merupakan
pembakaran hasil pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor dengan bantuan
hujan. Dapat pula sebagai akibat proses korosifikasi bahan mineral akibat
hempasan dan angin. Timbal (Pb) yang masuk kedalam bahan perairan sebagai
dampak aktifitas manusia, di antaranya dalam air buangan (limbah) industri yang
berkaitan dengan timbal (Pb) yang jatuh pada jalur-jalur perairan seperti anak
sungai dan terbawa menuju laut.
Sumber Pencemar
Timbal (Pb)
Pencemaran lingkungan oleh timbal
kebanyakan berasal dari aktifitas manusia yang mengekstraksi dan
mengeksploitasi logam tersebut. Timbal digunakan untuk berbagai kegunaan
terutama sebagai bahan perpipaan, bahan aditif untuk bensin, baterai, pigmen
dan amunisi. Sumber potensial pajanan timbal dapat bervariasi di berbagai
lokasi.
Manusia menyerap
timbal melalui udara, debu, air dan makanan. Salah satu penyebab kehadiran
timbal adalah pencemaran udara. Yaitu akibat kegiatan transportasi darat yang
menghasilkan bahan pencemar seperti gas CO2, NOx, hidrokarbon,
SO2,dan tetraethyl lead, yang merupakan bahan logam timah hitam (timbal)
yang ditambahkan ke dalam bahan bakar berkualitas rendah untuk menurunkan nilai
oktan.
Efek Timbal Terhadap Kesehatan
·
Sistem
syaraf dan kecerdasan
Efek
timbal terhadap sistem syaraf telah diketahui, terutama dalam studi kesehatan
kerja dimana pekerja yang terpajan kadar timbal yang tinggi dilaporkan
menderita gejala kehilangan nafsu makan, depresi, kelelahan, sakit kepala,
mudah lupa, dan pusing. Pada tingkat pajanan yang lebih rendah, terjadi
penurunan kecepatan bereaksi, memburuknya koordinasi tangan-mata, dan
menurunnya kecepatan konduksi syaraf.
Efek timbal terhadap keerdasan anak telah banyak diteliti, dan studi menunjukkan timbal memiliki efek menurunkan IQ bahkan pada tingkat pajanan rendah. Peningkatan kadar timbal dalam darah sebesar 10 µg/dl hingga 20 µg/dl dapat menurunkan IQ sebesar 2.6 poin. Studi lebih lanjut menunjukkan bahwa kenaikan kadar timbal dalam darah di atas 20 µg/dl dapat mengakibatkan penurunan IQ sebesar 2-5 poin.
Efek timbal terhadap keerdasan anak telah banyak diteliti, dan studi menunjukkan timbal memiliki efek menurunkan IQ bahkan pada tingkat pajanan rendah. Peningkatan kadar timbal dalam darah sebesar 10 µg/dl hingga 20 µg/dl dapat menurunkan IQ sebesar 2.6 poin. Studi lebih lanjut menunjukkan bahwa kenaikan kadar timbal dalam darah di atas 20 µg/dl dapat mengakibatkan penurunan IQ sebesar 2-5 poin.
·
Efek
sistemik
Studi
menunjukkan hubungan antara meningkatnya tekanan darah dengan BLL paling banyak
ditemukan pada kasus pajanan terhadap laki-laki dewasa. Schwartz (1995) dalam
laporan WHO menunjukkan bahwa penurunan BLL sebesar 10 µg/dl to 5 µg/dl
menyebabkan penurunan tekanan darah sebsar 1.25 mmHg. Pada wanita dewasa,
hubungan antara BLL dengan tekanan darah tidak terlalu kuat dan jarang
ditemukan.
Efek sistemik lainnya adalah gejala gastrointestinal. Keracunan timbal dapat berakibat sakit perut, konstipasi, kram, mual, muntah, anoreksia, dan kehilangan berat badan.
Efek sistemik lainnya adalah gejala gastrointestinal. Keracunan timbal dapat berakibat sakit perut, konstipasi, kram, mual, muntah, anoreksia, dan kehilangan berat badan.
·
Efek
timbal terhadap reproduksi
Efek
timbal terhadap reproduksi dapat terjadi pada pria dan wanita dan telah
diketahui sejak abad 19, dimana pada masa itu timbal bahkan digunakan untuk
menggugurkan kandungan. Pajanan timbal pada wanita di masa kehamilan telah
dilaporkan dapat memperbesar resiko keguguran, kematian bayi dalam kandungan,
dan kelahiran prematur. Pada laki-laki, efek timbal antara lain menurunkan
jumlah sperma dan meningkatnya jumlah sperma abnormal.
Cara Mengurangi dan Menanggulangi Pencemaran
Timbal ?
Dengan
mengurangi penggunaan zat-zat berbahaya tersebut dan menjaga kebersihan
lingkungan, maka kelangsungan hidup yang ada di darat maupun di perairan akan
terjaga. Ekosistem perairan juga terjaga, dan organisme yang ada di perairan
akan terjaga kelnagsungan hidupnya dan tidak merugikan semua pihak.
Menetralisir limbah-limbah tersebut bukanlah hal mudah.
Teknologi pengolahan limbah seringkali menekan kondisi finansial suatu
perusahaan, tetapi tindakan tersebut tetap diperlukan. Namun berdasar
penelitian yang dilakukan oleh tim penelitian yang dipimpin oleh Stephan Kohler
dari Graz University of Technology di Austria, ada cara sederhana dan mudah
yang bisa dilakukan.
Di satu tempat
di pinggir sungai Saigon, Vietnam, tim peneliti tersebut baru saja selesai
melakukan pengujian terhadap metode barunya untuk mengatasi pencemaran air.
Beberapa industri yang berada di sana menjadi tempat untuk menguji coba bahan
pembersih air yang banyak ditemukan di berbagai perairan laut di seluruh dunia
yaitu cangkang kerang laut. Kerang laut memang menjadi bahan hasil penelitian
tim tersebut yang murah dan berlimpah. Seperti negara-negara berkembang
lainnya, Vietnam juga mengalami masalah air bersih, bahkan jutaan warganya
masih belum bisa mengakses air minum bersih. Perusahaan-perusahaan lokal belum
mampu sistem penyaringan untuk mengolah air limbah. Kohler bersama timnya
menemukan bahwa dengan menuangkan logam dan air dengan pH asam di atas
kulit-kulit kerang yang sudah dihancurkan akan dihasilkan air bersih. Kandungan
kulit kerang tersebut adalah kalsium karbonat (CaCO3), maka jika
terjadi reaksi kimia, dengan mudah atom-atom kalsiumnya akan mudah terlepas dan
mengikat logam-logam dan mengubahnya menjadi berbentuk padat. Proses
pembersihan air pun akhirnya menjadi jauh lebih mudah.
Upaya penanganan
pencemaran logam berat sebenarnya dapat dilakukan dengan menggunakan proses
kimiawi. Seperti penambahan senyawa kimia tertentu untuk proses pemisahan ion
logam berat atau dengan resin penukar ion (exchange resins), serta beberapa
metode lainnya seperti penyerapan menggunakan karbon aktif, electrodialysis dan
reverse osmosis. Namun proses ini relatif mahal dan cenderung menimbulkan
permasalahan baru, yaitu akumulasi senyawa tersebut dalam sedimen dan organisme
akuatik (perairan). Penanganan logam berat dengan mikroorganisme atau mikrobia
(dalam istilah Biologi dikenal dengan bioakumulasi,bioremediasi, atau
bioremoval), menjadi alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat
keracunan elemen logam berat di lingkungan perairan tersebut. Metode atau
teknologi ini sangat menarik untuk dikembangkan dan diterapkan, karena memiliki
kelebihan dibandingkan dengan proses kimiawi. Beberapa hasil studi melaporkan,
penggunaan mikroorganisme untuk menangani pencemaran logam berat lebih efektif
dibandingkan dengan ion exchange dan reverse osmosis dalam kaitannya dengan
sensitivitas kehadiran padatan terlarut (suspended solid), zat organik dan
logam berat lainnya. Serta, lebih baik dari proses pengendapan (presipitation)
kalau dikaitkan dengan kemampuan menstimulasikan perubahan pH dan konsentrasi
logam beratnya. Dengan kata lain, penanganan logam berat dengan mikroorganisme
relatif mudah dilakukan, murah dan cenderung tidak berbahaya bagi lingkungan.
Organisme Selular
Sianobakteria merupakan organisme selular yang termasuk kelompok mikroalga atau
ganggang mikro. Di alam, organisme ini tersebar luas baik di perairan tawar
maupun lautan. Sampai saat ini diketahui sekitar 2.000 jenis sianobakteria
tersebar di berbagai habitat. Berdasarkan penelitian terbaru, sianobakteria
merupakan salah satu organisme yang diketahui mampu mengakumulasi (menyerap)
logam berat tertentu seperti Hg, Cd dan Pb. Suhendrayatna (2001) dalam
makalahnya, menjelaskan lebih rinci tentang proses penyerapan ion logam berat
oleh sianobakteria dan mikroorganisme secara umum. Umumnya, penyerapan ion
logam berat oleh sianobakteria dan mikroorganisme terdiri atas dua mekanisme
yang melibatkan proses aktif uptake (biosorpsi) dan pasif uptake
(bioakumulasi).
a.
Proses aktif uptake
Proses ini juga dapat terjadi pada
berbagai tipe sel hidup. Mekanisme ini secara simultan terjadi sejalan dengan
konsumsi ion logam untuk pertumbuhan sianobakteria, dan/atau akumulasi
intraselular ion logam tersebut. Logam berat dapat juga diendapkan pada proses
metabolisme dan ekresi sel pada tingkat kedua. Proses ini tergantung dari
energi yang terkandung dan sensitivitasnya terhadap parameter yang berbeda
seperti pH, suhu, kekuatan ikatan ionik, cahaya dan lainnya.
Namun demikian, proses ini dapat pula dihambat oleh suhu rendah, tidak tersedianya sumber energi dan penghambat metabolisme sel. Peristiwa ini seperti ditunjukkan oleh akumulasi kadmium pada dinding sel Ankistrodesmus dan Chlorella vulgaris yang mencapai sekitar 80 derajat dari total akumulasinya di dalam sel, sedangkan arsenik yang berikatan dengan dinding sel Chlorella vulgaris rata-rata 26 persen. Suhendrayatna (2001) menambahkan, untuk mendesain suatu proses pengolahan limbah yang mengandung ion logam berat dengan melibatkan sianobakteria relatif mudah dilakukan. Proses pertama, sianobakteria pilihan dimasukkan, ditumbuhkan dan selanjutnya dikontakkan dengan air yang tercemar ion logam berat tersebut. Proses pengontakkan dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang ditujukan agar sianobakteria berinteraksi dengan ion logam berat, selanjutnya biomassa sianobakteria ini dipisahkan dari cairan. Proses terakhir, biomassa sianobakteria yang terikat dengan ion logam berat diregenerasi untuk digunakan kembali atau kemudian dibuang ke lingkungan. Pemanfaatan sianobakteria untuk menanggulangi pencemaran logam berat merupakan hal yang sangat menarik dilakukan, baik oleh masyarakat, pemerintah maupun industri. Karena, sianobakteria merupakan organisme selular yang mudah dijumpai, mempunyai spektrum habitat sangat luas, dapat tumbuh dengan cepat dan tidak membutuhkan persyaratan tertentu untuk hidup, mudah dibudidayakan dalam sistem akuakultur.
Namun demikian, proses ini dapat pula dihambat oleh suhu rendah, tidak tersedianya sumber energi dan penghambat metabolisme sel. Peristiwa ini seperti ditunjukkan oleh akumulasi kadmium pada dinding sel Ankistrodesmus dan Chlorella vulgaris yang mencapai sekitar 80 derajat dari total akumulasinya di dalam sel, sedangkan arsenik yang berikatan dengan dinding sel Chlorella vulgaris rata-rata 26 persen. Suhendrayatna (2001) menambahkan, untuk mendesain suatu proses pengolahan limbah yang mengandung ion logam berat dengan melibatkan sianobakteria relatif mudah dilakukan. Proses pertama, sianobakteria pilihan dimasukkan, ditumbuhkan dan selanjutnya dikontakkan dengan air yang tercemar ion logam berat tersebut. Proses pengontakkan dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang ditujukan agar sianobakteria berinteraksi dengan ion logam berat, selanjutnya biomassa sianobakteria ini dipisahkan dari cairan. Proses terakhir, biomassa sianobakteria yang terikat dengan ion logam berat diregenerasi untuk digunakan kembali atau kemudian dibuang ke lingkungan. Pemanfaatan sianobakteria untuk menanggulangi pencemaran logam berat merupakan hal yang sangat menarik dilakukan, baik oleh masyarakat, pemerintah maupun industri. Karena, sianobakteria merupakan organisme selular yang mudah dijumpai, mempunyai spektrum habitat sangat luas, dapat tumbuh dengan cepat dan tidak membutuhkan persyaratan tertentu untuk hidup, mudah dibudidayakan dalam sistem akuakultur.
b. Proses pasif uptake
Proses ini terjadi ketika ion logam
berat terikat pada dinding sel biosorben. Mekanisme passive uptake dapat
dilakukan dengan dua cara, pertama dengan cara pertukaran ion di mana ion pada
dinding sel digantikan oleh ion-ion logam berat; dan kedua adalah pembentukan
senyawa kompleks antara ion-ion logam berat dengan gugus fungsional seperti
karbonil, amino, thiol, hidroksi, fosfat, dan hidroksi-karboksil secara bolak
balik dan cepat. Sebagai contoh adalah pada Sargassum sp. dan Eklonia sp. di
mana Cr(6) mengalami reaksi reduksi pada pH rendah menjadi Cr(3) dan Cr(3)
di-remove melalui proses pertukaran kation.
No comments:
Post a Comment