Search This Blog

Tuesday, 23 July 2013

PENGANGKUTAN DAN TRANSFORMASI TOKSIKAN LOGAM BERAT DI DALAM BIOTA PERAIRAN


1.      Interaksi Logam-Mikrobial
Terdapat tiga proses microbial utama yang mempengaruhi pengangkutan logam di lingkungan:
1)      Degradasi bahan-bahan organic menjadi senyawa yang bobot molekulnya lebih rendah, yang lebih mampu untuk membentuk senyawa dengan ion-ion logam
2)      Perubahan sifat lingkungan dan bentuk kimia logam oleh kegiatan metabolic, sebagai contoh oksidasi-reduksi dan keadaan pH
3)      Perubahan senyawa anorganik menjadi bentuk organologam dengan cara proses oksidatif dan reduktif (Forstner, 1979). Mekanisme ini melibatkan metilasi sejumlah unsur oleh bakteri, sebagai contoh As, Hg, Pb, Se, dan Sn, di mana metilkobalamin muncul sebagai zat pembentuk metal secara biologis yang utama.

2.      Proses Pengambilan
Pengambilan awal logam oleh makhluk hidup air dapat dianggap dalam 3 proses utama:
1)      Dari air melalui pernapasan (misalnya : insang)
2)      Penyerapan dari air ke permukaan tubuh
3)      Dari makanan, partikel dan air yang dicerna melalui system pencernaan
Mekanisme yang terlibat dalam proses pengambilan logam dapat disimpulkan dalam Tabel 1. untuk beberapa kelompok taksonomi mahkluk hidup yang utama.
Tabel 1. Proses Pengambilan Logam dalam Makhluk Hidup Perairan
Kelas Makhluk Hidup
Sumber
Prose/ Mekanisme
Pustaka

Autotrofik

Fitoplankton
Air
Proses pertukaran ion yang meliputi molekul organik seperti protein: Penyerapan yang cepat pada permukaan sel, dan penyerapan pada tempat pertukaran ion dalam sel, misal Za di dalam diatom, Phaeodactylum tricornutum
Bryan (1976) ; Davies (1973)
Makro Alga
Air
Penyerapan atau proses pertukaran ion yang melibatkan protein sel dan polisakarida, misalnya: alginat dalam dinding sel ganggang laut; Zn dalam alga coklat, Laminaria digitata
Gutnecht (1965) ; Bryan (1969)
Sedimen
penyerapan logam dari interstiti atau pori melalui sistem perakaran; pertama masuk ke dalam ruang bebas akar mungkin pasif melalui arus besar dari air sedimen/tanah. Jika penyerapan sama dengan kecepatan arus besar, kemudian pengambilan awal ada ruang bebas merupakan sebuah fungsi kecepatan transpirasi. Namun, jika penyerapan lebih cepat dari kecepatan arus besar, maka sebuah ruang kosong terbentuk di sekitar akar dan tingkat kepekatan yang kemudian menyebabkan difusi logam dari tanahke akar. Kelat-kelat bobot molekulnya rendah penting dalam proses ini.
Hughes, dkk (1980)

Heterotrofik

Pemangsa bersaring (moluska bivalvia dan tunikat)
Air
Penyerapan logam dari lembaran mukus pada mekanisme pemakan siliaria: Penyerapan logam oleh alat pelengkap ke mukus dapat meningkatkan difusi melalui permukaan tubuh atau penyerapan dapat terjadi jika mukus melewati sistem pencernaan, misal : dalam ascidian.
Pentreath (1973) ; Kalk (1973)
Makanan
Dalam moluska, misalnya kerang, logam terutama didapat dari partikel yang dicerna dibandingkan dengan larutan.
Kurtis, dkk (1975) ; Bryan (1976)
Polichaeta
Air
Proses penyerapan yang melibatkan difusi melalui permukaan tubuh luar: di dalam polichaeta yang membuat lubang, Neris diversicolor, kecepatan penyerapan Zn sesuai dengan tingkat penyerapan pada permukaan tubuh daripada dengan kepekatan luar.
Bryan dan Hummerstone (1973)
Krustacea
Air
penyerapan pada permukaan tubuh , misalnya kulit ari, diikuti dengan difusi melalui permukaan, misal epitelium insang, mungkin dilekatkan pada ligan organik dan diikatkan pada protein dalam
Bryan 1970)
Makanan
Pada krustacea yang lebih besar, misal udang karang penyerapan dari makanan melalui perut atau sistem pencernaan muncul lebih penting. Penyerapan dari larutan tampak paling penting bagi udang dan isopoda-isopoda laut.

Ikan
Air
Proses penyerapan mirip pada crustacea yang lebih besar, Pentreath menyatakan bahwa logam jarang diserap insang melalui sebuah proses pasif, karena tingkat kepekatan yang sesuai mungkin dicapai oleh penyerapan logam pada mukus yang menutupi insang dan akumulasi brief levels di dalam jaringan insang.
Pentreath (1973) ; Bryan (1976)
Makanan
Penyerapan dari makanan yang dicerna lebih penting
Pentreath (1973 ; Renfro, dkk (1975)

Dalam kasus makhluk hidup foto- dan kemoautotrof, pengambilan logam terjadi langsung dari larutan atau dari tanaman tingkat tinggi melalui akar. Fitoplankton sebagai contoh, tampaknya cepat menyerap logam pada permukaan sel, dari tempat mereka berdifusi ke dalam membrane sel dan diserap atau diikat pada protein (tempat pertukaran ion) di dalam sel (Davies, 1973). Pada umumnya, Bryan (1976) memperlihatkan bahwapengambilan logam berat oleh tumbuhan air menjadi proses pasif yang dapat dipengaruhi secara tidak langsung oleh metabolism. Namun beberapa jenis kemoautotrof, sebagai contoh, yaitu yang aktif dalam pembentukan cairan buangantambang yang asam, dapat memetabolisasi logam langsung dari senyawa anorganik seperti sulfide logam (Prosi, 1979)
Pada makhluk hidup heterotrofik cara pemasukan logam labih besar daripada makhluk hidup autotrofik dan sangat beragam menurut jenisnya. Penyerapan dari larutan oleh sebagian besar hewan terjadi dengan difusi pasif, kemungkina sebagai senyawa logam yang larut melalui tahapan yang disebabkan oleh penyerapan pada permukaan tubuh dan pengikatan oleh unsure pokok tubuh (Bryan, 1976). Kecepatan penyerapan dipengaruhi oleh perubahan dalam factor fisika-kimiawi (suhu, pH, kadar garam) dan cirri-ciri fisiologi dan perilaku makhluk hidup tersebut. Untuk beberapa logam, kecepatan penyerapan secara langsung sesuai dengan tingkatan ketersediaannya di lingkungan (Bryan, 1979).
Perbandingan pengambilan logam dari sumber  makanan dengan penyerapan langsung dari larutan merupakan kepentingan mendasar bagi makhluk hidup heterotrofik. Kejadiannya sangat terbatas tetapi menunjukkan bahwa makanan dan partikulat merupakan sumber yang lebih penting bagi logam daripada air untuk hewan besar seperti, ikan, udang (Bryan, 1976 ; 1979). Di dalam lingkungan perairan yang tercemar kesukaan terhadap bahan makanan atau kebiasaan makan sangat penting disebabkan oleh penambahan logam di dalam sedimen, particular dan detritus. Prosi (1979) menyarankan bahwa kebiasaaan makan beriktu ini harus dipertimbangkan dalam hubungannya dengan kepekatan logam :
1)      Fitofage (misalnya: gastropoda, krustasea)
2)      Makan dengan cara menyaring (misalnya : zooplankton, remis, lokan)
3)      Pemakan sedimen (misalnya : poli- dan oligochaeta)
4)      Pemakan detritus (misalnya : grastropoda, isopoda, amfipoda, larva choronomid)
5)      Karnivora (misalnya: zooplankton, polochaeta, gastropoda, cephalopoda, krustace, larva seranggan air tawar, ikan)


3.      Ekskresi Dan Pengaturan
Walaupun makhluk hidup air mudah menyerap logam adalah merupakan kemampuan mereka mengatur kepekatan abnormal yang menentukan toleransi dan merupakan sebuah factor penentu dalam penyelamatan diri. Beberapa hewan, seperti ikan dan krustacea, mampu mengeluarkan banyak logam yang terserap secara tidak normal dan mengakibatkan pengaturan kepekatan dalam tubuh pada tingkat yang paling normal (Bryan, 1976). Hal ini umumnya lebih sering terjadi pada logam esensial yang relative banyak jumlahnya., seperti Cu, Zn, dan Fe daripada logam nonesensial seperti Hg dan Cd. Pengaturan atau ekskresi terjadi melalui insang, usus, kotoran dan urin.
Namun demikian, terdapat batas teratas jumlah logam yang dapat diekskresikan oleh hewan tersebut diatas, jika terjadi akumulasi dalam jaringan tubuh (Bryan, 1976). Dengan jalan ini, perbedaan kepekatan logam dapat jelas terlihat pada spesies tunggal yang diambil dari air yang sama-sama tercemar. Sebagai contoh, Johnels, dkk (1967) menemukan bahwa kepekatan merkuri dalam jaringan otot pada Swedish pike meningkat sesuai dengan ukuran atau umur ikan tersebut tetapi ini tidak terjadi pada ikan dari air yang relative tidak tercemar. Penelitian ini dan penelitian lainnya yang hamper sama, menunjukkan bahwa ambang kontak terjadi jika terdapat akumulasi logam.
Tumbuh-tumbuhan air dan bivalvia merupakan pengatur logam yang relative lemah, khususnya jenis nonesensial. Pengurangan dapat terjadi melalui difusi pada tumbuhan-tumbuhan air, atau difusi dan beberapa mekanisme lainnya pada moluska. Ini meliputi ekskresi sebagai granula dari ginjal pada remis, lapisan yang menonjol (spheres pinched off) dari sel-sel pencernaan pada Cardium edule, dan bentuk partikulat dari ujung kerang oysters (Bryan, 1976).
Pada umumnya, kurva pengurangan terdiri dari 2 bagian, cepat dan lambat, dengan waktu paruh yang berbeda. Bagian lambat dianggap mempunyai nilai yang lebih mewakili dan kurang dipengaruhi oleh cara pemasukan Bryan, 1976). Pembatasan penggunaan isotop logam untuk menduga laju pengurangan logam stabil dari jaringan yang telah dibicarakan oleh Bryan, 1976. Pada beberapa hewan yang tercemar, laju pengurangan lebih cepat atau lebih lambat dibandingkan dengan yang diduga dari kecepatan isotopic.

4.      Toleransi Terhadap Logam Dan Biotransformasi
Banyak makhluk hidup yang tercemar mampu untuk mentolerir kepekatan logam yang lebih dari kebutuhan fisiologis yang sudah diketahui, dan pada beberapa keadaan, terjadi tingkatan maka enzim penghambat akan bekerja. Makhluk hidup yang toleran terhadap logam mungkin mengandung logam dengan kepekatan dua atau tiga kali lebih besar daripada normal.
Mekanisme detoksifikasi dapat melibatkan penyimpanan logam pada tempat yang tidak aktif di dalam makhluk hidup untuk sementara atau lebih permanen. Penyimpana sementara umunya terikatnya logam pada protein, polisakarida, dan asam amino di dalam jaringan lunak atau cairan tubuh. Metallotionin, secara efektif menyimpan Kadmium di jaringan hati dan ginjal. Tempat penyimpanan seperti: tulang, bulu, rambut atau rangka luar menjadi alat-alat berguna untuk pengurangan beberapa logam (misalnya PB, Cd dan Hg).
Perubahan bentuk secara kimiawi dan penggabungan juga penting tetapi tidak begitu dipahami. Pengambilan metilmerkuri tampaknya didetoksifikasi sampai tingkatan tertentu oleh demetilasi dan disimpan dalam jaringan sebagai bentuk anorganik yang kurang toksik. Banyak makhluk hidup yang mingkin mampu mengubah selenium dan arsen anorganik menjadi bentuk organic yang kurang toksik (Wood, 1974; Forstner, 1979). Hubungan yang kuat antara kepekatan merkuri dan selenium pada banyak hewan bertulang belakang mengarah pada anggapan bahwa selenium dapat menghambat kegiatan toksik merkuri (Forstner, 1979).

5.      Bioakumulasi
Kemampuan yang luas pada makhluk hidup air untuk mengakumulasi logam yang esensial maupun yang tidak esensial secara biologis, sudah terbentuk dengan baik. Sebagai contoh Jenkins (1980) telah menunjukan data biokonsentrasi dan bioakumulasi beberapa logam di dalam tumbuhan dan hewan. Faktor kepekatan untuk beberapa jenis makhluk air beranah antara 102 dan 106 (Wright, 1978; Phillips, 1980). Callahan, dkk (1979) berkesimpulan dalam suatu tinjauan pencemaran yang diutamakan, bahwa bioakumulasi merupakan proses yang menentukan keberadaan logam tertentu di dalam biota. Ini adalah As, Cd, Cr, Cu, Pb, Hg, dan Zn tetapi tidak Sb dan Ni, dan pada bebrapa kasus kedudukan Be, Se, Ag, dan Ti tidak tentu. Hal yang cukup menarik dalam memilih makhluk hidup penunjuk biologis untuk pengelolaan pencemaran logam menyediakan banyak ransangan untuk penelitian bioakumulasi (Phillips, 1980).
Pertimbangan perbedaan inter- dan intraspesies nyata dalam kapasitas bioakumulasi logam secara individual, dan logam yang berbeda menunjukan keragaman kinetika pada setiap spesies. Sebagai tambahan, bentuk kimiawi yang berbeda dari setiap logam mungkin diserap dan diekskresikan dengan perbedaan kecepatan yang luas (Phillips, 1980). Rumitnya factor-faktor seperti umur (ukuran, berat), keragaman musim dan penyimpanan lemak yang bekerja pada akumulasi logam jarang telah dibahas oleh Phillips (1980).
Pada umumnya, jumlah relative logam esensial dalam makhluk hidup menggambarkan tingkat yang perlu untuk menjaga fungsi biokimiawi sebagai contoh, system enzim (Bryan dan Hummerstone, 1973). Pada saat pengambilan logam esensial melebihi tingkat ini, mekanoisme homeostatis mengendalikan tingkatan kandungan di dalam tubuh dan penyebaran jaringan. Sebagai contoh dalam berbagai macam krustacea decaposa, kandungan Zn dan Cu total dalam tubuh diatur oleh batas-batas tertentu, factor kepekatan penghambat untuk kedua logam sekitar 104 (Phillips, 1977). Namun, dengan logam esensial dan nonesensial, jika pengambilan berlebihan, mekanisme homeostatis dihambat dan dimulai bioakumulasi karena laju pengambilan melampaui laju pengurangan.

6.      Perpindahan Rantai Makanan Dan Biomagnifikasi
Banyak penelitian beranggapan bahwa biomagnifikasi logam pada pokonya adalah dengan cara yanga analaog dengan perilaku DDT di dalam rantai makanan. Namun, Prosi (1979) berkesimpulan bahwa penambahan logam pada rantai makanan perairan tidak terjadi dan mekanisme biomagnifikasi dirumitkan oleh penyederhanaan. Pada umumunya ada kecenderungan untuk mengabaikan beberapa factor penentu yang berhubungan dengan factor pengambilan dan akumulasi logam oleh makhluk hidup perairan  Prosi (1979). Ini adalah sebagai berikut:
1)      Ketersediaan logam secara biologis untuk hewan pada tingkat trofik yang lebih tinggi, pada umumnya lebih ditentukan oleh perpindahan dari air dibandingkan dari makanan.
2)      Makhluk hidup pemangsa bersaring diketahui mengakumulasi logam di dalam jaringannya dengan tingkat kandungan yang tinggi, tetapi memindahkan hanya sebagian kecil saja pada makhluk predator.
3)      Sedimen dan detritus biasanya mengandung kepekatan logam tertinggi di dalam system yang tercemar dan hewan pemangsa sedimen dan detritus cenderung untuk mengakumulasi logam dalam kepekatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan pada tingkat trofik yang lebih tinggi.
4)      Jangka wajtu hidup hewan pada trofik yang lebih tinggi biasanya lebih besar dari pada makhluk hidap pada tingkat yang lebih rendah. Dengan demikian, penambahan yang menyangkut tentang umur dapat merupakan factor yang nyata yang mempengaruhi tingkat penambahan logam pada tingkat logam yang lebih tinggi.
5)      Terjadi suatu pemilihan atas dasar kesukaan terhadap pengambialan dan pengeluaran berbagai logam bentuk yang berbeda.
Satu pengecualian untuk penelitian ini adalah merkuri. Kepekatan merkuri dalam spesies perairan sangat berhubungan dengan kedudukannya dalam rantai makanan (Ratkowsky dkk, 1975),khususnya jika bergerak dari herbivira ke predator besar(Bryan, 1979). Young dkk (1980) tidak menemukan adanya biomagnifikasi pada Ag, Cd, Cr, Cu, Fe, Mn, Mi, Pb, dan Zn pada beberapa ekosistem perairan di selatan California, tetapi merkuri, khususnya dalam bentuk organic, pada umunya meningkat sesuai dengan tingkat trofik. Perbandingan antara Cesium dan Kalium di dalam makhluk hidup digunakan untuk menunjukan keadaan trofik makhluk hidup di dalam ekosistem tersebut.
Kepekatan merkuri yang tinggi yang diteliti pada beberapa spesies finfish secara individual dapat lebih merupakan fungsi waktu seperti tingakat trofik. Hubungan positif yang kuat terbentuk antara kepekatan merkuri dengan ukuran tubuh (berat) pada beberapa ikan-ikan predator besar (Walker, 1976; Mackay dkk, 1975; Phillips, 1989). Bryan (1979) beranggapan bahwa baik kedudukan trofik maupun ukuran (umur) merupakan factor penting yang menentukan tingkat kandungan merkuri pada beberapa spesies ikan dan anjing laut. Juga kepekatan logam pada burung dari bermacam muara di Selandia Baru tidak menggambarkan tingkat pencemaran dan perbedaan yang disebabkan pemasukkan makanan (Turner, 1978).


DAFTAR PUSTAKA
Bryan, G.W. 1976. Heavy metal contamination in the sea. In: Johnston, R. (Ed.). Marine pollution. Academic, London. 215-220.
Bryan, G. W. 1979. Bioaccumulation of marine pollutants. Phil. Trans. R. Soc. Lond. B 286: 483-505.
Bryan, G.W. (1969) The absorption of zinc and other metals by the brown seaweed Laminaria digitata. Journal of the Marine Biological Association of the UK 49, 225.
Conell D. W. dan G. J. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. (terjemahan). Universitas Indonesia: Jakarta.
Gutknecht, J. 1965. Uptake and retention of cesium-137 and zinc-65 by seaweeds. Limnol. Ocean. 10:58-66.
Kalk, M. (1963) Absorption of vanadium by tunicatcs. Nature. 198, 1010-1011. 
Pentreath, R.J., 1973. The accumulation and retention of 65Zn and 54Mn by the plaice, Pleuronectes platessa L. J. Exp. Mar. Biol. Ecol. 12, 1–18.
Phillips D. J. H. 1977. The use of biological indicator organisms to monitor trace metal pollution in marine and estuarine environments. Environmental Pollution (13): 281-317.
Phillips D. J. H. 1980. Quantitative aquatic biological indicators. Applied Science Publishers: London

Wood J. M. 1974. Biological cycles for toxic elements in the environment. Science 183(129):1049–1052. 

No comments:

Post a Comment