Pada
dasarnya banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya kerusakan karang, baik
faktor yang bersifat alami seperti pemanasan global, cyclone, dan tsunami,
ataupun yang bersifat buatan yang disebabkan oleh aktifitas manusia yang tidak
benar, seperti penggunaan potassium dan bom ikan dalam menangkap ikan. Namun
selain penyebab-penyebab di atas, perubahan iklim akibat pemanasan global yang
terjadi secara signifikan dalam kurun waktu dasawarsa ini membawa dampak yang
sangat berarti terhadap sumber daya kelautan dan perikanan , termasuk terumbu
karang.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi keberlangsungan pertumbuhan polip kecil adalah suhu,
salinitas, cahaya dan kedalaman, tingkat kecerahan, serta dinamika arus dan
gelombang yang diterimanya. Jika factor-factor di atas sesuai dengan standart
yang diperlukan bagi pertumbuhan polip kecil maka koloni tersebut akan tumbuh
dengan baik.
Namun,
dampak yang terjadi akibat fenomena pemanasan global yang sudah dijelaskan di
atas telah mengakibatkan terjadinya perubahan yang sangat mengkhawatirkan
terhadap factor-faktor penunjang kebutuhan hidup suatu karang. Sebut saja suhu,
akibat efek gas rumah kaca yang menyebabkan penaikan temperatur bumi secara
berkala sehingga suhu air laut, khususnya di permukaan, juga ikut meningkat.
Dengan meningkatnya temperatur air laut maka mengakibatkan Zooxanthellae
yang merupakan nutrisi penting yang dibutuhkan karang semakin berkurang. Dan
dengan peningkatan suhu perairan, maka terumbu karang di laut tropis akan
mengalami pemutihan , dimana pada tahun 1998 antara 10% hingga 15% terumbu
karang dunia mengalami kematian yang berdampak lanjut hingga saat ini sekitar
15% dari karang dunia rusak setiap tahun.
Dan
karang-karang yang mengalami pemutihan tersebut dinamakan coral bleaching. Jika
hal tersebut tetap dan terus berlangsung maka karang yang mengalami pemutihan
tadi akan menjadi karang mati atau death coral.
Gambar 1.
Fenomena pemutihan karang (coral bleaching)
akibat
pemanasan global.Sumber: www.kelautankita.blogspot.com
Dalam kasus lain seperti naiknya muka air laut atau sea
level rise, ternyata juga membawa dampak buruk terhadap ekosistem terumbu
karang. Kenaikan muka air ini dikarenakan volume air yang sangat besar yang
menuju ke laut, baik yang berasal dari pencairan gletser, aliran sungai yang
menuju ke laut, serta curah hujan yang tinggi di laut. Peningkatan muka air
inilah yang menjadi ancaman sirius bagi kehidupan terumbu karang. Sebab karang
merupakan salah satu organisme yang sangat sensitif terhadap perubahan, seperti
perubahan kedalaman, maka sedikit perubahan muka air laut saja akan menimbulkan
perubahan kondisi pula. Terumbu karang tidak dapat hidup dengan baik dalam
perairan yang terlalu dangkal maupun perairan yang terlalu dalam. Maka dari itu
jika terjadinya kenaikan muka air adalah masalah bagi kelanjutan hidup terumbu
karang. Tingginya kandungan karbon dioksida di udara akan memicu peruhahan
derajat keasaman (pH) air laut, sehingga mengganggu metabolisme hewan karang
sehingga pertumbuhannya terganggu.
Gambar 2.
Pemutihan karang secara massal akibat
kenaikan suhu dan
muka air laut.
Sumber: www.kelautankita.blogspot.com
Isu pemanasan global, di mana rata-rata suhu global
meningkat 0,6 ± 0,2 derajat celsius dan diprediksi akan meningkat 1,5-4,5
derajat celsius pada abad ini, merupakan ancaman bagi ekosistem terumbu karang.
Menurut Rosenberg dan Ben Haim (2002), beberapa penyakit karang merupakan hasil
ekspresi gen-gen penyebab penyakit karang yang dipicu kenaikan suhu air laut.
Beberapa jenis penyakit karang yang menyerang karang, antara lain, pemutihan
karang Oculina patagonica, aspergilosis yang menyerang Gorgonia ventalina, white band yang menyerang karang Acropora cervicornis, pelak putih yang
menyerang Diploria strigosa dan Favia favius, cacar putih pada Acropora palmata, yellow blotch disease
pada Monastraea faveolata, serta
black band pada Diploria strigosa (Ocky
Karna Radjasa, 2012).
Dampak
lainnya yang disebabkan oleh pemanasan global adalah curah hujan yang tinggi di
daerah tropis yang mengakibatkan debit air yang berlebihan menuju ke laut.
Aliran air hujan yang menuju ke laut ini juga membawa sedimen dan limbah berbahaya
yang berpotensi mencemari perairan di wilayah-wilayah pesisir. Aliran air yang
membawa sedimen berupa lumpur dan pasir dalam jumlah besar selain mencemari
perairan pesisr juga mampu membunuh terumbu karang di sekitarnya. Hal tersebut
dapat terjadi karena butiran-butiran sedimen akan menutup mulut-mulut polip
yang menempel dikarang sehingga polip tidak akan mendapat nutrisi secara
optimal dan hal tersebut akan mengakibatkan karang kekurangan nutrisi dan
menjadi mati.
Lumpur
dan limbah yang terbawa oleh air hujan atau dari sungai tersebut juga mampu
membuat perairan pesisir menjadi keruh dan kotor. Jika hal tersebut terjadi
maka sinar matahari tidak akan bisa masuk kedalam laut. Padahal sinar matahari
merupakan salah satu nutrisi yang dibutuhkan terumbu karang untuk dapat
melakukan fotosintesis agar karang dapat berkembang. Jika tingkat kecerahan
menurun dan intensitas matahari yang diterima oleh terumbu karang berkurang
maka karang akan mengalami ganguan pertumbuhan dan akan terjadi pemutihan atau bleaching.
Efek
lain yang ditimbulkan oleh pemanasan global adalah perubahan iklim yang sangat
signifikan. Perubahan iklim ini terjadi dikarenakan adanya perubahan sistem
sirkulasi laut secara global yang lebih dikenal dengan istilah Great Ocean
Conveyor Belt (Sabuk Arus Laut Dalam). Dimana dalam sistem ini arus
mengangkut sejumlah besar panas dan garam di sekitar bumi melalui arus
permukaan laut yang hangat dan arus dalam yang lebih dingin, dimana sistem
inilah yang sangat berperan penting dalam menentukan iklim di bumi. Karena
terjadi perubahan dinamika arus maka iklim pun juga menjadi berubah-ubah tanpa
dapat diprediksi secara tepat. Perubahan iklim ini kemudian berimbas terhadap
munculnya badai-badai di laut seperti Cyclone, Typhoon, serta El Nino
dan La Nina. Terjadinya badai tersebut mengakibatkan gelombang-gelombang
tinggi yang kemudian diikuti dengan pergerakan arus yang semakin kencang
sehingga membuat karang-karang terhempas dari mediumnya. Jika hal ini terus
terjadi maka gugusan terumbu karang akan mengalami kerusakan dan akan
mengakibatkan terjadinya pemutihan karang.
Peningkatan
suhu air laut, kenaikan muka air laut, pencemaran wilayah pesisir, dan
pergerakan air laut yang semakin ekstrim merupakan sedikt dampak yang ditimbulkan
oleh fenomena pemasanan global diseluruh permukaan bumi. Dan hal ini kemudian
menjadi bencana terhadap kondisi-kondisi kehidupan di dalamnya, termasuk
ekosistem terumbu karang. Coral Bleaching merupakan dampak yang
diakibatkan oleh efek pemanasan global dan ini dapat merugikan kehidupan
sekarang maupun yang akan dapat.
Kerusakan karang yang meluas akibat peningkatan suhu air laut akan
berimplikasi ke kehidupan organisme lain yang hidup berinteraksi dengan terumbu
karang, termasuk ikan yang merupakan komoditas ekonomis bagi manusia.
Salah
satu bentuk kerugian/kehilangan yang dapat terjadi di kawasan pantai adalah
akibat dari kenaikan air laut. Kehilangan/lost dapat terjadi pada kawasan
sebagai akibat kenaikan air laut di pantai dimana kerusakan maupun kerugian
dalam kegiatan pariwisata meliputi kerugian atau lost yang diartikan sebagai
hilangnya nilai – nilai baik nilai keindahan, kenyamanan dan hal lain akibat
tidak dapat berlangsungnya aktivitas wisata maupun aktivitas soaial budaya yang
mendukungnya, kenyamanan wisata karena kejadian tersebut, adanya biaya tambahan
yang harus dikeluarkan karena adanya suatu kejadian yang mengganggu aktivitas
wisata dan hilangnya kesempatan untuk mendapatkan keuntungan. (Astuti, 2002).
Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh semua
stake holder dalam rangka adapatasi terhadap perubahan iklim global diantaranya
adalah melakukan lobi perjanjian internasional terkait dengan emisi gas yang
dihasilkan oleh berbagai aktivitas industri, harus ada kesepakatan untuk
bersama-sama menurunkan tingkat emisi gas ini. Disamping itu kebijakan
pemerintah lokal juga harus lebih memfokuskan terhadap proses adaptasi ini,
misalnya dengan membentuk Marine Protected Area (MPA) dan Coastal Zone Management serta kemitraan dan kerjasama yang baik antara pemerintah pusat
dan daerah bahkan antar daerah.
Referensi
Agussalim. 2013. http://bp3ambon-kkp.org/2013/02/pengaruh-sea-level-rise-terhadap-ekosistem-terumbu-karang/
diakses pada tanggal 18 Maret 2013
Anonymous, http://matoa.org/terumbu-karang-jika-dilindungi-efek-pemanasan-global-dapat-dipulihkan/
diakses pada tanggal 12 Maret 2013
Anonymous. 2011.
http://derinazaroni.wordpress.com/2011/03/20/dampak-perubahan-suhu-terhadap-terumbu-karang/
diakses tanggal 18 Maret 2013
Anonymous. 2012. http://www.kelautankita.blogspot.com/
diakses pada tanggal 22 Maret 2013
Anonymous. 2012.
http://marlina0936.blogspot.com/2012/04/kerusakan-terumbu-karang-akibat.html
diakses pada tanggal 12 Maret 2013
Anoymous, http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global
diakses pada tanggal 20 Maret 2013
Madiyana. 2010.
http://yanamardiyana.wordpress.com/2010/10/14/dampak-pemanasan-global-global-warming-terhadap-ekosistem-terumbu-karang/
diakses pada tanggal 18 Maret 2013
Rani, C. 2007. Perubahan Iklim : Kaitannya dengan Terumbu
Karang (Makalah). Universitas Hasanudin: Makasar.
Surakusumah, W. Perubahan Iklim dan Pengaruhnya terhadap
Keanekaragaman Hayati : Makalah Perubahan Lingkungan Global. Universitas
Pendidikan Indonesia : Bandung.
No comments:
Post a Comment